-by Sintya Meydina
Hai Pawrents! Pernah gak melihat beberapa produk makanan untuk anjing atau kucing dengan label “Grain Free” pada kemasannya di pet shop? Beberapa tahun terakhir hal tersebut telah menjadi tren dikalangan pet shop dan pet owner hingga munculnya berbagai anggapan mengenai grain yang tidak berdasarkan sains, lhoo. Hmm.. sebenarnya apa sih maksud dari label “Grain Free” pada produk makanan tersebut? Yuk! kita bahas lebih lanjut mengenai beberapa anggapan yang ramai mengenai si “Grain” ini..
Apa itu “Grain Free”?
(sumber: healthline.com)
Grain (biji-bijian) yang pada umumnya ditanam sebagai bahan makanan untuk manusia maupun hewan. Grain terdiri dari gandum, beras, jagung, barley, oat, rye, triticale, millet dan sorgum [2]. Beberapa produsen makanan hewan kesayangan saat ini mengiklankan produk mereka menggunakan istilah "tanpa biji-bijian" atau “Grain Free” dengan klaim mengandung karbohidrat yang rendah[1]. Anggapan ini muncul diikuti oleh pemasaran produsen yang mencari cara agar produksi makanan mereka lebih menonjol di pasar [4]. Padahal, grain sebagian besar memberikan energi (dalam bentuk pati) dan menyediakan nutrisi penting seperti asam lemak esensial, vitamin , dan mineral [6].
Grain mengandung karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh anjing ataupun kucing?
Pada dasarnya anjing merupakan hewan omnivora dan kucing sebagai hewan karnivora sejati. Hal ini yang membuat anggapan bahwa anjing dan kucing tidak membutuhkan karbohidrat (hanya protein dari daging saja), namun faktanya mereka tetap memiliki kemampuan dalam mencerna dan memperoleh manfaat dari karbohidrat (termasuk biji-bijian) sebagai bagian dari diet bergizi dan seimbang [4]. Kucing memiliki kemampuan fisiologis yang berhasil memetabolisme beberapa sumber karbohidrat serta mampu mengikat karbohidrat tersebut sebanyak 35% tanpa mengganggu pencernaan makronutrien (karbohidrat, protein dan lemak). Kucing juga menunjukkan kemampuan metabolik untuk mengubah oksidasi makronutrien berdasarkan asupan karbohidrat dan lemak yang bervariasi [1].
Makanan hewan kering biasanya mengandung 50 hingga 70% biji-bijian dalam bentuk gandum, jagung, barley, dan / atau beras. Pada makanan kemasan kaleng atau beku juga mengandung biji-bijian dengan kandungan pati 5 hingga 15% pada bahan kering [2]. Olahan pati (karbohidrat utama) dalam biji-bijian yang diolah dengan tepat sangat mudah dicerna (biasanya 95% atau lebih) untuk anjing dan kucing [4].
Grain dapat menyebabkan obesitas hingga diabetes?
Penyebab utama obesitas pada kucing dan anjing terlepas dari sumbernya (protein, lemak, atau karbohidrat) adalah kalori yang berlebihan. Menariknya, diet yang mengandung lebih banyak daging dan karbohidrat lain selain biji-bijian cenderung lebih tinggi lemaknya daripada diet yang mengandung biji-bijian [4].
Pada kucing, faktor risiko terbesar untuk perkembangan diabetes adalah obesitas, karena cenderung mirip dengan diabetes mellitus tipe 2 (tidak bergantung insulin) pada manusia. Beberapa diet komersial telah terbukti dalam studi klinis bermanfaat dalam mengelola penderita diabetes kucing dan semua makanan ini mengandung biji-bijian. Sedangkan pada anjing cenderung mirip dengan diabetes mellitus tipe 1 (tergantung insulin) pada manusia dan disebabkan oleh kerusakan sel beta di pancreas, perubahan ini tidak dapat diinduksi dengan diet [4].
Bukannya grain dapat menyebabkan alergi ya?
Alergi makanan adalah reaksi sistem kekebalan terhadap protein makanan tertentu. Gejala umum yang muncul biasanya diare yang sebagai respon terhadap pemberian makanan yang mengandung bahan-bahan nutrisi tertentu misalnya diet tinggi lemak, hal ini sangat jarang terjadi pada diet yang mengandung biji-bijian [3].
Pada dasarnya, bahan apa pun yang memiliki protein dapat menyebabkan alergi pada hewan peliharaan yang rentan. Alergi makanan yang paling sering dilaporkan pada anjing adalah daging sapi, susu, gandum dan ayam (Gambar 1). Sedangkan makanan yang paling umum pada kucing yaitu daging sapi, produk susu, ikan dan daging domba (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa protein hewani lebih sering menjadi penyebab alergi makanan daripada biji-bijian (atau sumber karbohidrat lain) pada anjing dan kucing [5].
Gambar 1 : Bahan yang dilaporkan terkait dengan reaksi makanan yang merugikan (AFR) pada anjing, berdasarkan 373 bahan makanan yang dilaporkan terkait dengan AFR setelah tantangan diet.
Gambar 2 : Bahan yang dilaporkan terkait dengan reaksi makanan yang merugikan (AFR) pada kucing, berdasarkan 65 bahan makanan yang dilaporkan terkait dengan AFR setelah tantangan diet.
(sumber: https://vetfocus.royalcanin.com/en/doc-11.html)
Grain pada pet food hanya sebagai filler ?
Grain sebagai bahan makanan hewan kesayangan seringkali dianggap hanya sebagai “pengisi” atau “filler” oleh produsen diet “grain free”. Oleh karena itu, mereka mengganti sumber karbohidrat sederhana dengan kentang dan tapioka dengan klaim bahwa makanan tersebut lebih sehat untuk anjing dan kucing. Padahal jika dibandingkan sumber karbohidrat non-grain seperti kentang dan tapioka seringkali memiliki lebih sedikit protein dan lebih banyak gula daripada biji-bijian (grain) seperti jagung dan gandum, dapat dilihat pada Tabel 1 [4].
Tabel 1: Komposisi nutrisi utama dari sumber karbohidrat yang digunakan dalam makanan hewan. Nilai berdasarkan 100g dari setiap bahan kering (data dari Database Nutrisi USDA) [4].
Berdasarkan penelitian yang menjadi fakta dari beberapa anggapan tersebut, disimpulkan bahwa makanan hewan tanpa biji-bijian (grain-free) tidak lebih baik dari makanan yang mengandung biji-bijian (grain-inclusive). Oleh karena itu, sangat diperlukan perhatian kita sebagai pet owner dalam memilih makanan yang tepat untuk anabul, tidak hanya tergiur oleh “label” kemasan yang diiklankan tanpa mencari tahu kandungan nutrisi yang sebenarnya.
Referensi :
1. Asaro, N.J., Guevara, M.A., Berendt, K., Zijlstra, R. and Shoveller, A.K., 2017. Digestibility is similar between commercial diets that provide ingredients with different perceived glycemic responses and the inaccuracy of using the modified atwater calculation to calculate metabolizable energy. Veterinary sciences, 4(4), p.54.
2. Beynen AC. 2014. Grain-free Petfoods. Creature Companion 2014; October: 58-59.
3. Beynen AC. 2014. Unfair War on Grain Use in Petfoods. All About Feed 2014; 22/5: 33.
4. Freeman, L.M. and Heinze, C.R., 2012. Grain-free diets: An alternative option, but don’t dismiss the grains. [http://www.marionanimalhospital.com/wp-content/uploads/2014/01/Grain-free.pdf. diakses pada tanggal 13 September 2020]
5. Murphy, M. and Rollins, A., 2018. Grain-free Diets – Good or Bad. Veterinary Focus, 28(3)
6. WSAVA Global Nutrition Committee. 2018. Frequently asked Questions and Myths. [https://wsava.org/wp-content/uploads/2020/01/Frequently-Asked-Questions-and-Myths.pdf diakses pada tanggal 13 September 2020]
2 Comments
mantep infonya kaka!! semangat <3
ReplyDeleteKereen, terima kasih informasinya
ReplyDelete