Dari Morfologi Sampai Infeksi Kulit, Yuk Kepoin Si Kucing Sphynx!



by : Annisa Cantika Indra


Sumber : unsplash.com 

    Apakah Pet Mates adalah cat person? Jika iya, pasti tidak asing lagi dengan yang satu ini. Yap! inilah dia Sphynx, si kucing yang katanya “tak berambut”. Sebenarnya apa yang terjadi dengan kucing Sphynx dan kenapa kucing Sphynx terlihat botak yaa? Yuuk kenalan lebih dekat dengan si Sphynx

    Setelah sebelumnya dikenal dengan nama “Canadian hairless”, ras kucing Sphynx akhirnya diakui oleh The Cat Fanciers Association tahun 2002, The International Cat Association tahun 2005, dan beberapa klub kucing independen di Eropa. Nama “Sphynx” tercetus dari adanya kemiripan morfologis antara kucing ini dengan patung Sphynxes di Mesir [3]

    Kemunculan pertama kucing “Canadian hairless” dimulai dengan kelahiran kitten “tak berambut” dari seekor induk kucing domestik pada tahun 1966, di Toronto, Kanada. Lalu tahun 1975 dan 1976, dua ekor anak kucing “tak berambut” bernama Epidermis dan Dermis, kembali lahir dari seekor kucing bernama Jezabelle [3]. Karena keunikannya para breeder terus mengupayakan kelahiran kucing ini di tahun-tahun berikutnya hingga akhirnya sekarang kita mengenal ras kucing Sphynx. 

    Kucing Sphynx adalah salah satu bentuk kasus alopecia kongenital [4]. Alopecia merupakan istilah yang menunjukkan adanya penurunan jumlah, panjang, atau diameter batang rambut, sedangkan kongenital berarti kondisi bawaan sejak lahir [4]. Pada hewan peliharaan, alopecia kongenital dapat terjadi karena dua faktor, yaitu : kelainan morfologi yang menyebabkan kecacatan pada perkembangan folikel rambut atau kelainan pembentukan batang rambut dari folikel yang normal [4]

    Kucing Sphynx mengalami kelainan morfologi folikel rambut. Hal ini karena adanya alel bersifat resesif autosomal (diekspresikan dengan kode hr) yang merupakan mutasi gen keratin 71 (KRT71) [4,7]. Gen keratin 71 (KRT71) adalah gen yang berperan dalam membentuk akar rambut bagian dalam yang nantinya berperan penting dalam membentuk batang rambut [4,7].



Gambar 1. Perbandingan histologi folikel dan akar rambut dalam (ditandai dengan *) antara (a) kucing domestik dengan (b) kucing Sphynx ; folikel rambut kucing Sphynx tidak beraturan dan akar rambut dalam memiliki batas yang tidak jelas [4]

    Sebenarnya kucing Sphynx tidak sepenuhnya “tak berambut” lho! Kucing Sphynx memiliki sedikit rambut halus pada bagian telinga, ujung mulut, ekor, kaki dan bagian tubuh ke bawah, serta di dekat skrotum pada kucing jantan [4,7]. Selain morfologi folikel dan akar rambut bagian dalam yang abnormal, beberapa batang rambut yang tumbuh pada kucing Sphynx sebagian besar juga mengalami kecacatan, baik ukuran panjang maupun diameternya [4,7]



Gambar 2. Kecacatan rambut kucing Sphynx [7]. 

    Tidak hanya rambut, kulit kucing Sphynx juga memiliki karakter yang unik. Kucing Sphynx memiliki kulit yang keriput terutama pada bagian wajah dan lehernya [7]. Pada bagian tertentu dari kucing ini (pangkal kuku, daerah telinga, serta lipatan) seringkali dilapisi oleh lapisan coklat berminyak [7]. Lapisan ini terbentuk dari sekresi kelenjar sebasea yang terus memproduksi sebum untuk rambut walaupun rambut tersebut sudah tidak ada [7]. 



Gambar 3. Kulit kucing Sphynx yang keriput [2]. 

    Hal ini berbahaya lho, Pet Mates! Hasil sekresi yang terus terakumulasi dan tidak terdistribusi akan menyebabkan anomali pada struktur kulit yang menjadi salah satu faktor terbentuknya kolonisasi flora normal [7]. Faktor pembentuk kolonisasi flora normal lainnya adalah gangguan fisik, kimiawi, dan mekanisme sistem kekebalan tubuh sebagai efek dari infeksi suatu penyakit [1]. Sebenarnya apa dan kenapa kolonisasi flora normal ini berbahaya? 

    Flora normal adalah mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa yang secara normal tidak membahayakan dan hidup dalam tubuh makhluk hidup [6]. Namun ketika flora normal berkolonisasi, maka akan menimbulkan patogenitas dan infeksi penyakit. 

    Kucing Sphynx kerap mengalami dermatitis yang diakibatkan infeksi dari koloni jamur Malassezia pachydermatis dan Malassezia nana [1,2,7]. Selain kolonisasi kedua spesies khamir ini, dermatitis pada kucing Sphynx juga dapat diakibatkan oleh infeksi sekunder penyakit lain, seperti otitis eksterna, demodekosis, ataupun malignansis [1]. Dermatitis akibat khamir Malassezia dapat menimbulkan gejala klinis seperti eritematosa (munculnya bercak kemerahan hingga kecoklatan pada kulit, kuku, dan bagian tubuh lainnya) serta produksi kotoran telinga berlebihan [1,7]. 







Gambar 4. Terbentuknya lapisan coklat dan perubahan warna kuku akibat kolonisasi [2]. 

    Penyebab lain dari dermatitis pada kucing Sphynx adalah radiasi sinar matahari yang menimbulkan bercak kemerahan pada kulit [7]. Selain dermatitis, kucing Sphynx juga kerap mengalami urtikaria pigmentosa dan mastositosis papular [5,7]. Masalah kulit ini diduga terjadi akibat peningkatan jumlah sel mast sebagai bentuk respon imun tubuh yang dicirikan dengan terbentuknya papula (tonjolan yang disertai rasa nyeri dan gatal) serta eritematosa pada beberapa bagian kulit [5,7]. 


Gambar 5. Mastositosis popular yang ditandai dengan papula berpigmen berkerak [7].

    Mengingat karakter kulit dan rambutnya yang unik, perawatan kucing Sphynx juga memerlukan perhatian khusus. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan kulit kucing Sphynx adalah : 

· Pembersihan mingguan telinga dan kuku 

· Pembersihan harian kelopak mata 

· Menggunakan shampoo yang cocok untuk kucing Sphynx 

· Menjauhkan kucing Sphynx dari suhu lingkungan yang ekstrem



Gambar 6. Kucing Sphynx tidur bersama untuk menghangatkan satu sama lain [7]. 

    Last but not least, selalu cukupi kebutuhan nutrisi kucing Sphynx dengan memberikannya pet food yang sesuai serta pastikan juga mengajaknya konsultasi ke dokter hewan yaa, Pet Mates! 


DAFTAR PUSTAKA 

[1] Adiyati, P.N. dan Pribadi, E.S. (2014). Malassezia spp. dan peranannya sebagai penyebab dermatitis pada hewan peliharaan. Jurnal Veteriner, 15 (4) : 570-581. 

[2] Ahman, S.E. and Bergstrom, K.E. (2009). Cutaneous carriage of Malassezia species in healthy and seborrhoeic Sphynx cats and comparison to carriage in devon rex cats. Journal of Feline Medicine and Surgery, 11 : 970-976. 

[3] Encyclopedia Britannica. (2009). Sphynx cat breed of cat. https://www.britannica.com/animal/Sphynx-cat. Diakses tanggal 14 Oktober 2020. 

[4] Genovese, D.W., Johnson, T.L., Lamb, K.E. and Gram, W.D. (2014). Histological and dermatoscopic description of Sphynx cat skin. Veterinary Dermatology Journal, 25 : 523-e90. 

[5] Mouri, T., Shima, K., Yamane, Y., Sekiguchi, M. and Iwasaki, T. (2006). Urticaria pigmentose in cat. Animal Clinic Medical Journal, 15(4) : 131-134. 

[6] Muwarni, S. (2015). Dasar-dasar Mikrobiologi Veteriner. Universitas Brawijaya Press, Malang. 

[7] Rostaher, A. and Prelaud, P. (2013). Sphynx cat. The Essential Journal, 294 : 12-18.

Post a Comment

0 Comments