Jamur vs Scabies: 3 Fakta yang Harus Kamu Ketahui!

by: Nisrina Syahira Ainiya

    Pet mates, pasti sudah tidak asing lagi dengan dua penyakit kulit yang namanya jamur dan scabies. Tapi tak jarang, lho, kita sering salah mengira antara jamur dan scabies. Sekilas memang terlihat mirip, namun ternyata sangat berbeda! Apa saja, sih, perbedaannya? Yuk, simak tiga fakta berikut!


Sumber: twitter.com


1. Jamur dan scabies adalah makhluk yang berbeda, lho!

    Sebelum mengobati penyakitnya, kita harus tahu terlebih dahulu apa penyebab dari penyakit tersebut. Jamur dan scabies berasal dari kingdom yang berbeda. Jamur merupakan bagian dari kingdom Fungi sementara scabies berasal dari kingdom Animalia. Jamur pada kucing biasanya diperantarai oleh jamur bernama Microsporum canis. Jamur ini dapat berkembang pada kulit kucing dalam beberapa kondisi antara lain: usia muda (usia di bawah 2 tahun), penurunan imun, defisiensi nutrisi terutama protein dan vitamin A, serta kelembaban dan suhu yang tinggi (2) . Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki suhu dan kelembaban tinggi. Maka dari itu, tak jarang kita menemukan kucing berjamur.

    Berbeda dengan M. canis, penyebab scabies adalah tungau bernama Sarcoptes scabiei atau temannya yang bernama Notoedres cati. Tungau ini sangat senang tinggal di kulit bagian stratum corneum dan ia akan menggali terowongan-terowongan kecil untuk tempat ia tinggal dan bertelur. Dalam hidupnya, tungau ini dapat menghasilkan telur 2-3 buah setiap harinya dan akan bertelur 6 hari berturut-turut (4). Bintik-bintik kemerahan (papule) akan timbul akibat kehadiran dari tungau ini.


2. Serupa tapi tak sama, kenali gejala antara jamur dan scabies

    Jamuran biasanya ditandai dengan kerontokan rambut, kemerahan pada kulit, pengelupasan sel-sel kulit (pengerakan), dan kadang membentuk kemerahan berbentuk sirkuler (2). Pada tungau, ia lebih suka untuk menyerang daerah wajah, telinga, leher, dan bagian paws, tapi jika dibiarkan tungau ini dapat menjalar ke seluruh tubuh (3). Kehadiran tungau ini akan membuat hewan merasa gatal-gatal dan terus menggaruk bagian tubuhnya yang terserang oleh tungau. Seiring berjalannya waktu, kulit hewan akan mengeras dan menebal (berkerak) (4).



Scabies pada kucing (Malik et al. 2006)



Jamur pada kucing (de Mendoza et al. 2010)


    Karena gejalanya yang mirip-mirip tentu kita tak bisa asal diagnosis. Untuk mendiagnosis antara jamur dan scabies, hewan kita perlu dibawa ke dokter hewan. Dokter hewan akan melakukan diagnosis dan untuk memastikan penyebabnya, diambil sampel dari kulit hewan yang menunjukangejala sakit, lalu sampel tersebut akan diperiksa di mikroskop. Jadi akan sangat sulit untuk menentukan diagnosis hanya dengan kasat mata saja. 


3. Obatnya sama? Tentu beda!

    Sering kali kita disarankan berbagai obat untuk mengobati jamur dan scabies hewan kita. Namun ternyata, obatnya jauh berbeda. Pada kasus yang disampaikan Malik et al. (2006), seekor kucing dilaporkan memiliki sejumlah kerak pada telinganya. Setelah diberikan antibiotik dan anti jamur topikal selama 40 hari, tidak ada perubahan positif dari kerak tersebut. Ternyata saat diperiksa di bawah mikroskop, kucing tersebut terkena tungau, bukan oleh jamur! Jadi, tentu saja obat jamur tidak efektif untuk menghilangkan tungau pada kucing tersebut.


Sumber: http://www.sepicat.com/know-give-cat-medicine/
   
    Obat untuk scabies sendiri ada berbagai pilihan, contohnya piretroid, selamectin, dan ivermectin. Namun pemilihan obat perlu diperhatikan karena piretroid terlalu beracun untuk kucing, namun dapat diberikan untuk anjing. Ivermectin juga dapat menyebabkan tanda-tanda disfungsi neurologis pada kucing (3). Untuk mengobati jamur juga ada beberapa pilihan seperti itraconazole, terbinafine, ketoconazole, griseofulfvin, dan lufenuron. Sama seperti obat untuk scabies, obat untuk jamur juga perlu diperhatikan pemilihannya. Contohnya ketoconazole tidak bisa diberikan pada kucing hamil (2). Pada proses pengobatannya, pemberian makanan bernutrisi khusus untuk kondisi kulit dan rambut juga akan membantu, contohnya Royal Canin Skin and Coat, tentu saja produk vet diet harus dengan anjuran dokter.
Sumber: shopee.co.id


    Pet mates, pernah nggak denger yang namanya suntik jamur untuk mengobati jamuran? Ternyata, suntik jamur itu tidak ada, lho! Faktanya, suntikan tersebut merupakan ivermectin alias obat untuk scabies. Jadi, hati-hati dalam memilih pengobatan untuk hewan kita. Perlu diingat sekali lagi kalau pemberian obat harus berdasarkan resep dokter hewan setelah dokter hewan mendiagnosis penyakit pada hewan kita. 

    Nah, sekarang kita sudah tahu apa perbedaan kedua penyakit tersebut. Dari agen penyebab dan pengobatan, tentu kita tidak dapat mengobatinya dengan asal-asalan, apalagi dengan obat yang sama. Self diagnose sangat tidak disarankan untuk segala penyakit hewan. Selalu konsultasikan penyakit hewan kita ke dokter hewan agar dapat ditangani secara tepat!



Daftar Pustaka

1. de Mendoza, M. H., de Mendoza, J. H., Alonso, J. M., Rey, J. M., Sanchez, S., Martin, R., ... & Garcia-Sanchez, A. (2010). A zoonotic ringworm outbreak caused by a dysgonic strain of Microsporum canis from stray cats. Revista Iberoamericana de Micologia, 27(2), 62-65.

2. Frymus, T., Gruffydd-Jones, T., Pennisi, M. G., Addie, D., Belák, S., Boucraut-Baralon, C., ... & Lutz, H. (2013). Dermatophytosis in cats: ABCD guidelines on prevention and management. Journal of feline medicine and surgery, 15(7), 598-604.

3. Malik, R., Mckellarstewart, K., Sousa, C., Krockenberger, M., Pope, S., Ihrke, P., … Walton, S. (2006). Crusted scabies (sarcoptic mange) in four cats due to Sarcoptes scabiei infestation. Journal of Feline Medicine & Surgery, 8(5), 327–339. doi:10.1016/j.jfms.2006.05.005 

4. Sofyan, M. S., Susanto, M. H., & Nuha, M. U. (2018). SA-13 Scabiosis (Notoedres cati) in Cat. Hemera Zoa.

Post a Comment

0 Comments