Kunyit Sebagai Obat Jamur Kucing: Memang Bisa?


by: Nisrina Syahira Ainiya

sumber: pixabay.com


Halo, pet mates! Masih ingat dengan artikel ini? [Jamur vs Scabies: 3 Fakta yang Harus Kamu Ketahui!]. Kemarin sudah tahu kan ya, apa bedanya jamur dan scabies! Kalau lupa, mari kita ingat-ingat lagi sejenak. Jamuran pada kucing disebabkan oleh oknum bernama Microsporum canis. Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obat seperti itraconazole, terbinafine, ketoconazole, griseofulfvin, dan lufenuron secara topikal atau oral. Tentunya dengan resep dokter hewan dong, ya!

Jamur ini juga dikenal sebagai ringworm dan dapat menginfeksi manusia alias salah satu penyakit zoonosis. Pet mates perlu mewaspadai penyakit ini karena dapat menular. Nah, pet mates, apa sudah pernah melihat foto ini?
sumber: aceh.tribunnews.com


Seorang pet owner dari Thailand dikabarkan mengobati jamur pada kucingnya menggunakan kunyit yang dioleskan pada seluruh tubuhnya. Alhasil, kucing berwarna putih itu menjadi berwarna kuning seperti Pikachu. Tapi, memang efektif ya mengobati jamur dengan kunyit? Mari kita simak bersama!

Kunyit yang selama ini kita pakai untuk bumbu masakan ternyata telah dikenal luas sebagai agen antiradang, antibakteri, antivirus, antiparasit, dan juga antifungi. Kunyit mengandung beberapa senyawa antara lain curcumenol, curdione, curcumin, isocurcumenol, curcumol, stigmasterol, zingiberene and curcumene (Ahmed Hamdi et al. 2010). Derajat keefektifan antifungal pada curdione dikombinasikan dengan isocurcumenol dan β-elemene mencapai 100%, sementara derajat keefektifan dalam menghambat aktivitas jamur pada curdione dikombinasikan dengan curcumin curzerene, curcumenol, curcumol dan germacrone, adalah 93.6%, 88.9%, 82.7%, 63.6%, dan 56.4%, secara berurutan (Chen et al. 2018).

Dalam sebuah studi, senyawa ini cukup efektif menghambat aktivitas jamur pada konsentrasi 0.8 dan 1.0/g/L. Jumlah ini bukan berat dari kunyitnya mentah yang belum diolah, ya! Kunyit harus diekstrak dalam bentuk minyak atau powder agar terkonsentrasi tinggi.

sumber: pixabay.com

Menurut Sharma dan Sharma (2011), ekstrak minyak kunyit menunjukkan penghambatan aktivitas dari Microsporum gypseum, jamur yang masih satu famili dengan Microsporum canis. M. gypseum merupakan jamur yang menginfeksi manusia namun dapat juga menginfeksi hewan peliharaan kita. Dijelaskan bahwa MIC (Minimum Inhibitory Concentration), alias konsentrasi minimum penghambat yang dibutuhkan oleh kunyit untuk menghambat aktivitas M. gypseum sebesar 1.4 μl/ml.

Kunyit juga dapat menghambat aktivitas T. rubrum yang merupakan penyebab jamur pada anjing dengan MIC 1.6 sampai 2 μl/ml. Ternyata, kunyit memang berpotensi mengobati jamur. Bahkan dilaporkan bahwa campuran dari ekstrak minyak kunyit dan jahe lebih efektif untuk menghambat aktivitas jamur tersebut. Namun, hal ini masih diuji di lab saja dan belum diuji langsung ke mahluk hidup.

Lalu apakah bisa mengobati jamur pada hewan dengan mengoleskan jamur pada rambutnya? Tidak disarankan untuk mengolesi langsung kunyit pada kulit hewan peliharaan yang berjamur. Konsentrasi kunyit mungkin tak akan cukup dan dosisnya tidak akan tepat sehingga tidak efektif untuk mengobati jamur. Mungkin malah hanya akan membuat kucing pet mates menjadi seperti Pikachu. Kunyit perlu diekstrak secara steril sebelum diaplikasikan pada jamur di kulit kucing.

Obat-obatan seperti Ketoconazole masih memiliki efektivitas yang lebih baik dan terjamin. Tentu saja, potensi kunyit sebagai obat jamur ini perlu dikembangkan lebih lanjut oleh industri farmakologi agar menjadi obat jamur yang efektif. Dan jangan lupa, obat-obatan hanya dapat diberikan oleh dokter hewan setelah melalui diagnosis lebih lanjut terhadap penyakit kulit yang diderita kucing kita. Selalu periksakan pada dokter hewan untuk memastikan penyebab penyakit di kulit hewanmu. Jangan sampai salah dan jangan sampai kucingmu kuning sia-sia, ya, pet mates!





Daftar Pustaka

Ahmed Hamdi, O. A., Awang, K., Hadi, A. H. A., Syamsir, D. R., & Ng, S. W. (2010). Curcumenol from Curcuma zedoaria: a second monoclinic modification. Acta Crystallographica Section E: Structure Reports Online, 66(11), o2844-o2844.

Chen, C., Long, L., Zhang, F., Chen, Q., Chen, C., Yu, X., ... & Long, Z. (2018). Antifungal activity, main active components and mechanism of Curcuma longa extract against Fusarium graminearum. PloS one, 13(3), e0194284.

Moghadamtousi, S. Z., Kadir, H. A., Hassandarvish, P., Tajik, H., Abubakar, S., & Zandi, K. (2014). A review on antibacterial, antiviral, and antifungal activity of curcumin. BioMed research International, 2014, 186864. https://doi.org/10.1155/2014/186864

Sharma, M., & Sharma, R. (2011). Synergistic Antifungal Activity of Curcuma longa (Turmeric) and Zingiber officinale (Ginger) Essential Oils Against Dermatophyte Infections. Journal of Essential Oil Bearing Plants, 14(1), 38–47. doi:10.1080/0972060x.2011.10643899

Post a Comment

1 Comments