by Sintya Meydina
Memelihara anjing dan kucing kesayangan menjadi tanggung jawab kita sebagai pet owner dalam memperhatikan perawatan, kesehatan dan tingkah lakunya sehari-hari. Namun masih terdapat beberapa hal yang dianggap normal padahal merupakan suatu tanda akan penyakit. Seperti halnya, polydipsia yakni kebiasaan minum yang berlebih akibat adanya rasa haus yang terus menerus, dan polyuria atau urinasi yang meningkat akibat adanya pasok air yang terus-menerus dikonsumsi seringkali dianggap normal oleh pet owner dan merupakan keadaan umum yang sehat. Lalu, bagaimana polydipsia dan polyuria ini bisa menjadi tanda penyakit?
Polydipsia/Polyuria dan Penyakit Ginjal Kronis
(sumber: luckysbb.com) |
Hewan anjing atau kucing kesayangan Anda dapat disebut polydipsia jika mengonsumsi air >100ml/kg/hari. Pada anjing >90 ml/kg/hari dan pada kucing >45ml/kg/ hari. Produksi urin sendiri biasanya mengikuti asupan air[2]. Polydipsia/polyuria atau yang disingkat dengan PD/PU menjadi bagian dari gejala Penyakit Ginjal Kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) karena berhubungan dengan adanya kegagalan fungsi ginjal untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
Penyakit ginjal kronis adalah salah satu kondisi medis yang paling umum pada kucing peliharaan yang memasuki masa tuanya, dengan prevalensi yang dilaporkan pada populasi kucing usia muda 1% hingga 3% dan pada populasi kucing usia tua setinggi 35%[5]. Sedangkan, pada anjing juga paling umum terjadi dengan prevalensi bervariasi yang mencapai 3,74%[6]. Menurut pendapat lain, prevalensi pada kucing penderita penyakit ginjal kronis berumur lebih dari 10 tahun adalah sebesar 10%, umur 15 tahun ke atas sekitar 30% - 50 % dan 28% pada kucing diatas 12 tahun[1].
Apa itu Penyakit Ginjal Kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) ?
(sumber: vetmed.tamu.edu) |
Penyakit ginjal kronis adalah penurunan atau hilangnya kemampuan ginjal dalam mengeliminasi produk produk tidak terpakai, membentuk urin dan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Produk-produk tidak terpakai tersebut bersifat toksik dan masuk ke dalam aliran darah sehingga terjadi uremia (urea yang menumpuk pada darah) dan azotemia (kelebihan nitrogen dalam darah). Kejadian tersebut akhirnya menimbulkan gejala klinis yang muncul setelah 75% ginjal mengalami kerusakan. Gejala klinis antara lain adalah polyuria, polydipsia, nafsu makan menurun, muntah, turunnya berat badan, membrana mukosa pucat, ulserasi mulut, bau mulut dan kebutaan akut[7].
Faktor Predisposisi Penyakit Ginjal Kronis
Faktor predisposisi penyakit ginjal kronis pada anjing dan kucing meliputi umur, ras, diet dan penyakit periodontal. Prevalensi kejadian penyakit ginjal kronis dua kali lipat pada kucing jenis Maine Coon, Abyssinian, Siamese, Russian Blue, dan Burmese. Anjing ras yang memiliki kecenderungan mengalami penyakit ginjal kronis antara lain Cocker Spaniel, Bull Terrier dan Boxer [7].
Faktor lain yang dapat dicurigai yakni makanan komersial yang mengandung protein tinggi dan bersifat asam yang akan menekan kalium sehingga menyebabkan hypokalemia (kadar kalium dalam peredaran darah lebih rendah daripada normal). Kadar kalium yang berfungsi dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh dan tekanan darah yang kurang kemudian mengakibatkan gagal ginjal kronis [7].
Diagnosis dan Prognosis
Kejadian penyakit ginjal kronis biasanya telah berlangsung dalam jangka waktu lebih dari 3 bulan hingga gejala klinis muncul [7]. Prosedur dalam mendiagnosa hewan mengalami CKD sendiri cukup kompleks, dimulai dari pemeriksaan dengan USG, pemeriksaan konsentrasi serum kreatinin (Tabel 1), pemeriksaan kadar protein dalam urin (Tabel 2), klasifikasi tekanan darah sistemik (Tabel 3), hingga pemeriksaan serum symmetric dimethylarginine (SDMA). Setelah menemukan hasil dari berbagai macam pemeriksaan tersebut, maka dapat ditentukan stadium CKD sesuai yang telah ditetapkan oleh International Renal Interest Society (IRIS) [1][4].
International Renal Interest Society (IRIS) telah mengusulkan sistem penilaian 4-tahap (stadium) untuk CKD. Hewan dengan stadium mencapai 3-4 dapat bertahan dalam beberapa bulan hingga 2 tahun dengan sebagian besar sekarat atau ditidurkan karena penyakit mereka [6]. Prognosis penyakit ini infausta (tidak dapat sembuh) karena akan berlanjut hingga menuju stadium akhir (stadium 4) [7].
Pengobatan
Pengobatan penyakit ginjal kronis didasarkan atas gejala-gejala klinis yang muncul dan ditujukan untuk mengurangi penderitaan pasien. Pengobatan yang diberikan dapat melalui injeksi atau oral bentuk tablet, meliputi pemberian cairan pengganti, kalsitriol, antihipertensi/ACE inhibitor, hormon eritropoietik, suplementasi potassium, suplementasi antioxidant, terapi alkalin, pembatasan diet P (fosfor), pemberian agen pengikat fosfor, dialisis dan transplantasi ginjal. Tujuan utama pemberian diet adalah untuk memenuhi kebutuhan energi, menghilangkan gejala klinis akibat uremia, meminimalisir gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, vitamin, mineral dan asam basa. Penyakit ginjal kronis bersifat ireversibel dan tidak dapat disembuhkan sehingga diperlukan diet yang tepat untuk dapat memperbaiki kualitas serta kenyamanan hidup dan memperpanjang hidup hewan [7].
Tidak lupa, bahwa seluruh pengobatan di atas dapat diberikan pada anabul kesayangan yang telah memperoleh diagnosa CKD dari dokter hewan dengan pemberian obat dan diet pun atas rekomendasi dari dokter hewan.
Pencegahan
Mengetahui bahaya akan penyakit ini di masa tua anabul kesayangan, maka berikut 5 Tips pencegahan yang dapat Anda lakukan sejak dini untuk anabul kesayangan dalam menghindari Penyakit Ginjal Kronis atau Chronic Kidney Disease![3]
- Lakukan regular check up oleh dokter hewan minimal 6 bulan sekali pada anabul kesayangan Anda
- Selalu sediakan air minum yang cukup
- Sediakan tempat yang mudah diakses oleh anjing atau kucing kesayangan Anda untuk membuang kotoran
- Atur pemberian makanan dengan nutrisi yang cukup dan tidak berlebih
- Jaga berat badan anabul kesayangan Anda agar tidak obesitas
Referensi :
- Bartlett, P.C., Van Buren, J.W., Bartlett, A.D. and Zhou, C., 2010. Case-control study of risk factors associated with feline and canine chronic kidney disease. Veterinary medicine international, 2010.
- Behrend, E., Clinical Approach to Polyuria/Polydipsia. Auburn University, Auburn, AL.
- BluePearl Specialist, 2017. Kidney Disease in Cats: Diagnosis and Advice for Pet Owners. BluePearl Specialty+Emergency Pet Hospital. [diakses pada 27 Mei 2021 https://bluepearlvet.com/pet-blog/five-ways-to-prevent-kidney-disease-in-cats/]
- Grauer, D.F., Treatment Guidelines for Chronic Kidney Disease in Dogs & Cats. Today’s Veterinary Practice [diakses pada 26 Mei 2021 https://todaysveterinarypractice.com/treatment-chronic-kidney-disease-dogs-cats/]
- Greene, J.P., Lefebvre, S.L., Wang, M., Yang, M., Lund, E.M. and Polzin, D.J., 2014. Risk factors associated with the development of chronic kidney disease in cats evaluated at primary care veterinary hospitals. Journal of the American Veterinary Medical Association, 244(3), pp.320-327.
- O'neill, D.G., Elliott, J., Church, D.B., McGreevy, P.D., Thomson, P.C. and Brodbelt, D.C., 2013. Chronic kidney disease in dogs in UK veterinary practices: prevalence, risk factors, and survival. Journal of veterinary internal medicine, 27(4), pp.814-821.
- Yanuartono, Y., Nururrozi, A. and Indarjulianto, S., 2017. Penyakit ginjal kronis pada anjing dan kucing: manajemen terapi dan diet. Jurnal Sain Veteriner, 35(1), pp.16-34.
0 Comments