By: Jeslyn Elen Hanrahan
Apakah Pet Mates pernah mendengar penyakit parvo? Mungkin sebagian besar Pet Mates yang telah merawat anjing dari kecil atau puppy sudah tidak asing lagi dengan penyakit ini. Parvo pada anjing merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh canine parvovirus (CPV). Virus ini berkembang biak pada sel inang yang masih aktif membelah seperti sel epitel kripta usus, sumsum tulang dan miokardium (otot jantung) [1].
Parvovirus menyerang sel epitel usus (sumber: pdsa.org.uk)
Sebenarnya, segala jenis ras, umur, serta jenis kelamin anjing dapat terinfeksi CPV, namun anak anjing berumur 6 minggu hingga 6 bulan paling rentan terinfeksi. Pada masa sapih - masa dimana anak anjing sudah tidak menerima asupan susu dari ibunya - jumlah antibodi yang dimiliki anak anjing tidak cukup untuk melindungi dirinya dari infeksi parvovirus. Selain faktor umur, ada beberapa ras yang terbukti lebih rentan terkena virus ini yaitu Rottweiler, Doberman Pinscher, American Pit Bull Terrier, Labrador Retriever, dan German Shepherd. Faktor lain yang mempengaruhi kemungkinan dari infeksi ini adalah kebersihan dan tingkat stress hewan tersebut [1]. Virus ini juga dapat menular kepada anjing lain lewat feses, muntah dan air liur hewan yang terinfeksi. Selain itu, barang yang telah terinfeksi virus ini juga dapat menularkan virus ini kepada anjing lain.
Anjing ras German Shepherd (sumber: unsplash.com)
Tanda-Tanda Anak Anjing yang Terinfeksi
Anjing yang terinfeksi CPV bisa saja menunjukkan gejala anorexia, depresi, lemas, atau bahkan demam. Sebagai gejala lanjutan, muntah dan diare mukus sampai darah juga dapat terjadi. Hal ini terjadi akibat infeksi virus pada salah satu lapisan epitel usus yaitu germinal epitelium yang menyebabkan kerusakan epitel dan kolaps atau rusaknya vili-vili usus. Vili usus ini berperan dalam penyerapan nutrisi sehingga saat villi tersebut kolaps, penyerapan nutrisi akan terhambat. Hal tersebut dapat berujung pada dehidrasi dan syok hipovolemik yaitu hilangnya darah dan cairan tubuh dalam jumlah yang sangat besar [2].
Penyakit ini merupakan penyakit yang mematikan karena usus yang rusak akibat infeksi virus dapat menyebabkan perpindahan bakteri ke organ lain. Hal ini terbukti ketika bakteri Escherichia coli (salah satu bakteri pada usus) ditemukan pada paru-paru dan hati dari anak anjing yang terinfeksi CPV. Jika hal tersebut terjadi maka respon peradangan akibat tubuh yang terinfeksi tersebut dapat berujung pada kematian [2].
Hasil positif dari rapid test CPV (sumber: Vakili et al. 2014)
Sayangnya, gejala yang ditimbulkan oleh anjing yang terinfeksi CPV tidak begitu spesifik, sehingga Pet Mates perlu segera memeriksakannya ke dokter hewan untuk ditangani lebih lanjut. Pemeriksaan yang biasa dilakukan dalam klinik yaitu rapid test menggunakan test kit untuk mendeteksi antigen. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengambil feses pasien kemudian memeriksa adanya antigen virus pada sampel feses. Jika hasil tesnya positif, maka ada dua kemungkinan, pasien terinfeksi parvovirus atau pasien baru saja menerima vaksin parvovirus. Maka itu, dokter hewan harus memastikan status vaksinasi parvo dari pasien. Selain itu, jika hasil dari uji tersebut kurang meyakinkan, sampel feses dapat dikirimkan ke laboratorium untuk dilakukan uji PCR [1].
Pengobatan dan Pencegahan
Ada beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan pada anjing yang terinfeksi CPV, antara lain terapi cairan, pemberian antibiotik dan antiemetik (anti muntah), serta pemenuhan nutrisi anjing tersebut. Selain itu, karena virus ini dapat menular, sebaiknya perawatan dari hewan dilakukan pada ruang isolasi yang jauh dari anjing lain [3]. Oleh sebab itu, pastikan Pet Mates segera membawa anjing yang memiliki gejala awal dari parvo ini ke dokter hewan untuk segera ditangani lebih lanjut.
(sumber: unsplash.com)
Setelah mengetahui tentang CPV lebih jauh, pertanyaan selanjutnya yang mungkin muncul adalah “Bagaimana cara mencegah infeksi dari virus ini pada anjingku?”. Cara terbaik dan paling efektif yang dapat dilakukan oleh Pet Mates adalah dengan melakukan vaksinasi untuk anjing kecil kalian. Vaksin pertama dapat diberikan pada umur 6-8 minggu dan kemudian dilakukan vaksinasi lanjutan setiap 2-4 minggu sampai umur 4 bulan. Booster pertama dapat diberikan saat anjing berumur 6-12 bulan dengan umur 6 bulan sebagai waktu yang tepat untuk anjing yang telah menyelesaikan rangkaian vaksinasinya pada umur 4 bulan. Setelah booster pertama ini diberikan, vaksin ini hanya boleh diberikan setiap 3 tahun atau lebih [3].
Jadi, Pet Mates harus berhati-hati ya sebelum membeli atau mengadopsi anak anjing dari breeder atau shelter! Perhatikan rekam jejak perawatan dari anjing tersebut sebelum membawa pulang si kecil. Jangan lupa juga untuk memberikan vaksinasi lengkap pada anjing kita agar pencegahan penyakit seperti ini dapat terhindar!
Referensi:
[1] Decaro N, Desario C, Beall MJ, Cavalli A, Campolo M, DiMarco AA, Amorisco F, Colaianni ML, Buonavoglia C. 2010. Detection of canine parvovirus type 2c by a commercially available in-house rapid test. The Veterinary Journal. 184(3):373-375.
[2] Goddard A, Leisewitz AL. 2010. Canine parvovirus. Veterinary Clinics of North America: Small Animal Practice. 40(6):1041-1053.
[3] Mylonakis ME, Kalli I, Rallis TS. 2016. Canine parvovirus enteritis: an update on the clinical diagnosis, treatment, and prevention. Dovepress. 11(7):91-100.
0 Comments