Anjing dan Kucing Jamuran, Siapa Pelakunya?

Oleh Jeslyn Elen Hanrahan




(sumber: Jesse Schoff, unsplash.com) 

    Apakah Pet Mates tahu bahwa di permukaan kulit makhluk hidup terdapat berbagai jenis mikroorgaisme yang normal ada di kulit? Biasanya, mikroorganisme ini disebut dengan flora normal dan salah satunya adalah jamur. Meskipun jamur normal untuk berada di kulit namun, pada kondisi tertentu ternyata jamur tersebut dapat menjadi sumber penyakit kulit.

    Salah satu jamur yang normal ditemukan pada kulit mamalia adalah Malassezia sp. Jamur ini telah menjadi perhatian dalam dunia kedokteran hewan karena dapat agen penyebab beberapa penyakit seperti otitis externa atau peradangan pada saluran telinga bagian luar [2]. 

Baca juga: Kutu Telinga: Penyebab Radang pada Telinga Anjing dan Kucing


Apa Itu Malassezia sp. ?

    Malassezia sp. adalah jamur yang bersifat lipofilik atau larut dalam lemak dan dapat membentuk kelompok pada lapisan luar kulit yaitu stratum corneum. Jamur ini dapat berbentuk bulat, oval atau silinder dengan diameter yang bervariasi dari 1 sampai 8 µm serta berkembang secara aseksual [2]. 


Sampel sitologi anjing yang mengalami dermatitis dengan hasil positif Malassezia sp. 
(sumber: Sudipa et al. 2021) 


    Ditemukan sebanyak 18 jenis Malassezia sp. Yang terdapat di permukaa kulit dan mukosa dari vertebrata atau hewan bertulang belakang [1]. Jenis yang paling sering ditemukan adalah Malassezia pachydermatis yang menjadi salah satu penyebab otitis externa pada anjing [3]. Jamur ini dapat bersifat zoonosis yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya. Penularan ini banyak terjadi pada kasus manusia yang memelihara anjing karenna tertular dari anjinngnya [2]. 


Faktor Meningkatkan Kemungkinan Infeksi Malassezia sp.

1. Ras
    Malassezia sp. dapat menginfeksi berbagai ras anjing, namun ada beberapa ras yang lebih rentan terhadap infeksi Malassezia. Ras anjing dengan rambut panjang atau pendek lebih besar kemungkinannya untuk menjadi tempat tumbuhnya jamur dibandingkan dengan ras rambut halus. Selain itu, anjing yang memiliki telinga turun atau menggantung lebih mudah mengalami otitis externa yang salah satunya disebabkan oleh Malassezia sp. [3]. Ras yang dimaksud yaitu Westies, English Setters, Shih Tzus, Basset Hounds, American Cocker Spaniels, Boxers, Dachshunds, Poodles, dan Australian Silky Terriers [1]. 



Anjing ras Basset Hounds 
(sumber: Leni Thalin, unsplash.com) 

    Pada kucing, ras dikaitkan dengan dengan jumlah populasi Malassezia yang terdapat dalam kulit individu tersebut. Salah satu penelitian mengatakan bahwa kucing ras Devon rex memiliki Malassezia yang berlimpah pada kulitnya. Selain itu, ras Sphynx juga rentan terhadap infeksi Malassezia akibat jumlah yang tinggi pada kulitnya [1]. 

Baca juga: Dari Morfologi Sampai Infeksi Kulit, Yuk Kepoin Si Kucing Sphynx!

2. Umur
    Kemungkinan Infeksi dari Malassezia pachydermatis lebih tinggi pada anjing yang lebih tua dibandingkan anjing muda atau dewasa. Hal ini dikarenakan anjing tua mengalami penurunan pada sistem imunnya dan mengakibatkan tubuh lebih rentan terinfeksi mikroorganisme [2]. Penyakit Malassezia dermatitis atau radang pada kulit akibat Malassezia sp. sering dikaitkan dengan penyakit ikutan yang kemungkinan terkait dengan perubahan fungsi dari kekebalan kulit [1]. 

3. Jenis Kelamin
    Uniknya, jenis kelamin menjadi salah satu faktor rentannya anjing terkena infeksi Malassezia sp. dimana jantan cenderung lebih tinggi dibandingkan betina. Penyebab hal tersebut adalah keberadaan hormon androgen pada jantan akan meningkatkan produksi minyak pada kulit atau sebum. Sebum akan menyebabkan kondisi lembab pada kulit sehingga memicu terjadi infeksi bakteri dan jamur salah satunya yaitu Malassezia sp. [3]. 


Gejalanya Apa Ya? 

    Gejala yang muncul pada infeksi awal yaitu adanya kebotakan, kemerahan pada titik infeksi atau satu tubuh, kulit yang berkerak dan bersisik. Selain itu dapat juga menimbulkan kegatalan sedang, kulit yang berminyak dan hiperpigmentasi kulit yang membuat kulit menjadi lebih gelap akibat peningkatan produksi pigmen kulit yaitu melanin [2]. Ditemukan juga bantalan kuku dari hewan yang terinfeksi akan berubah warna menjadi merah kecoklatan disertai dengan cairan coklat bertekstur lilin atau berkerak [1]. 

Anjing terinfeksi Malassezia pada leher dan kaki depan 
(sumber: ndsr.co.uk) 

    Pada anjing yang mengalami otitis externa, akan muncul pengeluaran serumen atau kotoran kuping dari saluran telinga dan umumnya menyebabkan peradangan pada daun telinga anjing yang biasa dikenal dengan nama pinnae [1]. 


Pengobatannya Seperti Apa? 

    Infeksi Malassezia sp. dapat terjadi pada salah satu bagian tubuh (lokal) atau keseluruhan (general). Infeksi jamur ini juga dapat terjadi secara kronis atau berkepanjangan jika paparan terjadi secara berulang dan membutuhkan terapi jangka panjang. Pengobatan antijamur umumnya berhasil untuk mengontrol pertumbuhan jamur secara cepat [2]. 

    Pada infeksi lokal, pengobatan topikal lebih disarankan seperti pemberian salep pada kulit yang terinfeksi. Sedangkan dalam infeksi general, perlu dilakukan pengobatan secara sistemik yaitu obat disuntikan ke dalam tubuh sehingga dapat mengalir dalam pembuluh darah menuju ke lokasi target pengobatan. Selain itu, terapi lain yang dapat diberikan adalah dengan terapi peningkatan imun tubuh [2]. 


Infeksi Malassezia pada bantalan kuku kucing 
(sumber: veterinary-practice.com) 

    Pet Mates sekarang jadi tau kan apa itu Malassezia sp.? Perlu diingat juga, walaupun kemungkinan kucing terinfeksi jamur ini kecil, bukan berarti kita bisa lengah ya. Jadi yuk hindari anjing dan kucing kita dari tempat yang lembab dan segera bawa mereka ke dokter hewan jika sudah muncul gejala-gejala yang berpotensi untuk menyebabkan penyakit pada kulit mereka! 


Referensi

[1] Guillot J, Bond R. 2020. Malassezia yeasts in veterinary dermatology: an update overview. Frontiers in Cellular and Infection Microbiology. 10(79):1-11. 

[2] Sudipa PH, Gelgel KTP, Jayanti PD. 2021. Malassezia sp. infection prevalence in dermatitis dog in Badung area. Advance in Tropical Biodiversity and Environmental Sciences. 5(2):45-49. 

[3] Ulfa Z, Elfidasari D, Sugoro I. 2016. Identifikasi khamir patogen pada kulit dan telinga anjing peliharaan. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi. 3(4):213-220. 

Post a Comment

0 Comments