Penulis: Shafira Salwa Salsabil
“Di leher anjing/kucingku kok ada benjolan nih, di dalamnya ada cairannya! Nanah ya? Bisul kah?”
“Hewan juga bisa bisulan?”
Apakah benar bisul?
Pet mates, pernahkah kamu mendengar istilah ‘abses’?
Abses adalah penumpukan nanah yang terlokalisasi pada suatu rongga tubuh [1].
Abses pada kucing dan anjing (sumber: sydneyvetspecialists.com.au; goldenmed.vn)
Nanah yang menumpuk mengandung banyak protein dan sel darah putih yang telah mati, berwarna putih kekuningan [2,3]. Apakah berbahaya?
Apa yang terjadi jika abses dibiarkan begitu saja?
Abses yang diabaikan dapat meluas ke jaringan tubuh yang lebih dalam tanpa disadari.
Infeksi dapat memasuki aliran darah yang menyebabkan septikemia atau keracunan darah akibat masuknya bakteri ke dalam darah.
Oleh karena itu, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan organ-organ penting lainnya [4].
Hal tersebut dapat memperpendek umur hewan beberapa tahun. Terkadang, septikemia dapat bertambah buruk dan menyebabkan kematian anabul pada saat terkena abses [4].
Tanda-tanda yang dapat diamati?
Pet mates dapat merasakan benjolan lunak di area abses dan sering terlihat reaksi kesakitan pada daerah tersebut [4].
Tanda-tanda lainnya yaitu adanya kenaikan suhu tubuh dan hewan menolak makan [4].
Penyebab?
Biasanya abses disebabkan akibat adanya trauma, seperti luka terbuka yang sempit dan dalam akibat berkelahi atau garukan [2,3].
Luka gigitan yang menyebabkan abses [6]
Pangkal ekor, punggung, mulut, dan kaki merupakan daerah yang rentan terkena abses yang diakibatkan karena gigitan hewan dan menyebabkan luka terbuka yang sempit dan dalam [4].
Luka tersebut dapat menyebabkan bakteri dan mikroorganisme lannya masuk ke dalam jaringan dengan lebih mudah.
Bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen dan bakteri penyebab nanah umumnya menjadi penyebab utama luka terbuka berlanjut menjadi abses.
Bakteri tersebut akan tinggal di bawah kulit dan apabila bakteri/benda asing tersebut dibiarkan, maka akan terjadi penimbunan nanah.
Jika timbunan nanah ini tidak segera dikeringkan melalui penanganan dokter hewan, abses akhirnya bisa pecah atau berlanjut meluas ke jaringan tubuh lainnya.
Pencegahan?
Perawatan luka yang tepat sangat penting untuk mencegah infeksi sekunder dari bakteri yang menyebabkan abses.
Pada tahap awal, pengendalian infeksi dapat dilakukan dengan membersihkan luka [5].
Oleh karena itu, pastikan pet mates mencegah kerusakan luka lebih lanjut dengan menjaga sanitasi lingkungan anabulmu!
Pada umumnya, sebagian besar luka telah terkontaminasi atau terinfeksi, dan penggunaan antibiotik spektrum luas sistemik harus dipertimbangkan [5].
Namun, pastikan penggunaan antibiotik telah berdasarkan anjuran dokter hewan, ya!
Kesimpulannya?
Luka yang dalam dan sempit seperti luka gigitan umumnya menjadi penyebab utama terjadinya abses.
Luka pada anabul tidak boleh kita sepelekan, berikanlah pertolongan pertama yang sesuai untuk anabulmu agar terhindar dari infeksi sekunder dan jangan lupa untuk selalu berkonsultasi dengan dokter hewan, ya!
Cari tahu lebih lanjut mengenai kesehatan kulit anabulmu di sini
Referensi:
[1] Tiley, L.P., Smith Jr., F.W.K., Sleeper, M.M., dan Brainard, B.M. (2011). Blacckwell’s Five Minute Veterinary Consult: Canine and Feline, Seventh Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.
[2] Craft, N. (2012). Superficial Cutaneus Infectious and Pyoderma, In: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 8th Ed. New York: McGraw Hill Medical.
[3] James, W.D., Berger, T.G., dan Elston, D.M. (2016). Bacterial Infections, In: Andrew’s Diseases of the Skin, Clinical Dermatolgy, 12th Ed. Philadelphia: Elsevier.
[4] Cayman Animal Hospital. (2016). Cat Abscess. Diakses dari https://www.caymananimalhospital.ky pada 5 Maret 2022.
[5] Williams, J. dan Moores, A (Ed.). (2017). BSAVA Manual of Canine and Feline Wound Management and Reconstruction, Second edition. UK: British Small Animal Veterinary Association.
[6] Miller, W.H., Griffin, C.E., dan Campbell, K.L. (2013). Muller & Kirk’s Small Animal Dermatology, 7th Ed. Elsevier: Missouri.
0 Comments