6 Masalah Kulit yang Perlu Diwaspadai pada Kucing!


Penulis: Shafira Salwa Salsabil

Tahukah kamu? Kucing merupakan hewan yang rentan terkena infeksi bakteri, infestasi parasit, alergi, dan kondisi lainnya.

Padahal, kulit adalah organ terbesar pada tubuh kucing yang berfungsi memberikan pelindung terhadap lingkungan dan mengatur suhu tubuh [1].

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kesehatan kulit kucing.

Berikut merupakan penyakit kulit yang terjadi di kucing dan perlu diwaspadai [1]:


1. Ringworm (Dermatophytosis)


Gambar 1. Ringworm pada anak kucing [3].

Ringworm atau dermatophytosis umumnya disebabkan oleh jamur Microsporum canis , infeksi jamur yang paling umum terjadi pada kucing di seluruh dunia [1].

Jenis jamur tersebut menyerang kucing dan menyebabkan adanya lesi melingkar.

Penyakit ini dapat menyebar ke hewan peliharaan lain dan juga ke manusia.

Kebersihan lingkungan yang buruk merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit ini.

Baca lebih lanjut mengenai ringworm di sini: Anabul Terinfeksi Ringworm, Apakah Pemilik Berisiko Tertular?

2. Alopecia


Gambar 2. Alopecia [1].

Alopecia adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan kerontokan, kebotakan, atau penipisan rambut [1].

Alopecia dapat terjadi akibat kucing yang mencabut rambutnya sendiri atau kerontokan.

Faktor-faktor yang umumnya menyebabkan alopecia pada kucing antara lain: infestasi pinjal, stress, dan alergi [1].


3. Skin Allergy (Alergi Kulit)

Reaksi alergi dapat timbul dalam berbagai gejala seperti timbulnya penyakit asthma, rhinoconjunctivitis, dan masih banyak lagi [8].

Alergi juga dapat timbul pada kulit dengan gejala sering menjilati bagian ekor dan telapak tangan (paw), timbulnya luka pada bagian tubuh termasuk perut [1].

Reaksi ini umumnya disebabkan oleh pinjal atau kutu, alergi makanan, dan alergi lingkungan.

Untuk menyembuhkan alergi, diperlukan komitmen yang besar antara pemilik hewan dan dokter hewan dalam mengidentifikasi hingga membasmi penyebab alergi.

4. Feline acne (chin dermatitis)

Gambar 4. Feline acne [1].

Feline acne dapat disebabkan karena reaksi ketidakcocokan pada jenis tempat makan kucing (berbahan plastik/stainless steel) atau akibat sumbatan saluran minyak pada dagu kucing yang menyebabkan pecahnya kelenjar sehingga terjadi reaksi peradangan [2].

Selain itu, feline acne juga merupakan salah satu gejala dari berbagai jenis infeksi seperti: infeksi jamur, Demodex, bakteri, virus [1].

Baca lebih lanjut mengenai feline acne di sini .

5. Feline Eosinophilic Granulomatosa Complex (EGC)

Feline Eosinophilic Granulomatosa Complex (EGC) ditandai dengan luka yang mempengaruhi kulit, rongga mulut, dan mucocutaneous junction [6].

Gambar 5. EGC pada kucing di bagian mucocutaneous junction [7]

EGC dapat disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi umumnya disebabkan karena adanya reaksi alergi [6].

Adapun faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab EGC pada kucing antara lain [7]:

1. Reaksi hipersensitivitas (alergi akibat lingkungan, alergi makanan, atau gigitan serangga)
2. Penyakit infeksius (akibat virus, bakteri, jamur, maupun parasit)
3. Genetik


6. Sporotrichosis

Sporotrikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur Sporothrix schenkii [4].

Infeksi diakibatkan karena adanya kontak langsung dengan jamur S. schenkii pada kulit yang terluka.

Penyakit ini dapat menular dari hewan ke manusia [5].

Gambar 6. Infeksi jamur Sporothrix schenkii pada kucing dengan [1]

Gejala yang terjadi pada kucing umumnya ditemukan pada kulit, terutama pada bagian hidung [5].

Tanda-tanda lainnya yang dapat timbul pada kucing yaitu adanya gangguan pernapasan seperti bersin, napas pendek, dan adanya cairan yang keluar dari hidung [5].

Sporotrikosis kucing sulit diobati dan membutuhkan perawatan harian yang lama. Oleh karena itu, ketekunan pet owner dalam merawat diperlukan agar perawatan dapat berhasil.

Referensi

[1] Alsaad KM. 2021. Some Skin Problems in Cats (A Review). IOSR Journal of Agriculture and Veterinary Science (IOSR-JAVS). 14(8): 37-45.

[2] Starkey L and Stewart J. 2015. Feline Arthropods. Today’s Vet. Prac. 59-64.

[3] Mendoza MHD, Mendoza JHD, Alonso JM, Rey JM, Sanchez S, Martin R, Bernejo F, Cortes M, Benitez JM, Garcia WL, Sanchez AG. 2009. A zoonotic ringworm outbreak caused by a dysgonic strain of Microsporum canis from stray cats. Paginas. 47(2).

[4] Maharani S, Nururrozi A, Yanuartono, Indarjulianto S. 2020. Laporan Kasus: Sporotrikosis pada Kucing Persia. Indonesia Medicus Veterinus. 9(5):860-869.

[5] Gremiao IDF, Menezes RC, Schubach TMP, Figueiredo ABF, Cavalcanti MCH, Pereira SA. 2015. Feline sporotrichosis: epidemiological and clinical aspects. International Society for Human and Animal Mycology. 53:15-21.

[6] Hopke K dan Sargent SJ. 2019. Novel presentation of eosinophilic granuloma complex in a cat. Journal of Feline Medicine and Surgery. 1-7.

[7] Buckley L dan Nuttall T. 2012. Feline Eosinophilic Granuloma Complex (ITIES): Some clinical clarification. 14:471-481.

[8] Chan SK dan Leung DNY. 2018. Dog and Cat Allergies: Current State of Diagnostic Approaches and Challenges. Allergy Asthma Immunol Res. 10(2):97-105.

Post a Comment

0 Comments