Apakah Pet Mates pernah melihat kucing seputih salju? Apakah kucing seputih salju berarti kucing tersebut albino? Yuk simak penjelasannya di bawah ini!
Sebelumnya apa si yang dimaksud dengan albino? Albino adalah kondisi genetik yang diturunkan dari generasi sebelumnya melalui suatu gen resesif menyebabkan kurangnya pigmen pada mata, kulit, dan rambut. Pigmen yang berperan dalam hal ini yaitu melanin dimana jumlah melanin yang dimiliki oleh individu albino sangatlah sedikit dibandingkan dengan jumlah normalnya atau bahkan tidak memiliki pigmen sama sekali [2].
Kucing albino (sumber: unsplash.com)
Tidak hanya manusia, kucing ternyata juga bisa mengalami kondisi ini loh! Semua kucing albino memiliki rambut berwarna putih namun, tidak semua kucing berambut putih adalah kucing albino yah! Perbedaan yang dapat terlihat yaitu mata kucing albino biasa berwarna biru muda atau heterochromia yaitu mata kiri dan kanan yang berbeda warna. Selain itu, kulit dari kucing albino akan berwarna pink yang terlihat pada hidung, kelopak mata, bibir, telinga dan paw pads.
Walau kucing albino terlihat lucu, perawatannya membutuhkan perhatian yang lebih besar dibandingkan pada kucing biasanya kucing. Yuk simak alasannya dibalik hal ini.
Gangguan Penglihatan
Gen albino memilliki peran untuk memanggil enzim tyrosinase. Enzim ini sangat penting untuk pembentukan pigmen melanin pada kulit dan mata termasuk iris serta pigmen epitel dari mata. Sehingga penderita albino umumnya memiliki penglihatan yang lemah [3]. Selain itu, kucing albino tidak dapat tahan terhadap sinar yang sangat kuat atau dikenal dengan sebutan photophobia [1].
Heterochromia pada kucing (sumber: pinterest.com)
Gangguan Pendengaran
Pigmen melanin merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki oleh hewan bertulang belakang. Selama perkembangan embrio terjadi, pigmen ini mengambil peran penting dalam perkembangan sistem pendengaran sehingga dengan kurangnya atau tidak adanya pigmen melanin ini akan menganggu proses perkembangan tersebut. Selain itu, tidak adanya pigmen melanin dalam telinga bagian dalam juga membuat telinga jadi lebih rentan terhadap suara dan akan meningkatkan risiko kerusakan telinga [1].
Kulit Lebih Sensitif
Salah satu fungsi penting dari pigmen melanin yaitu untuk melindungi kulit dari sinar UV. Kondisi albino dengan kurang atau tidak adanya melanin akan meningkatkan kerentanan terhadap efek dari radiasi sinar UV. Selain itu, hal ini dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kerusakan aktinik atau kondisi kulit yang bersisik dan keras akibat paparan sinar matahari. Kucing albino juga memiliki risiko mengalami kanker kulit yang lebih tinggi dibandingkan dengan kucing normal [4].
Wah, tidak disangka ya Pet Mates ternyata kucing albino membutuhkan perhatian yang lebih karena kondisinya yang tidak dapat disembuhkan. Walau begitu, Pet Mates tidak perlu khawatir karena kondisi ini tidak mematikan. Yuk lakukan langkah pencegahan seperti tidak membawa kucing albino terlalu lama di bawah sinar matahari serta lakukanlah pemeriksaan penglihatan dan pendengaran secara rutin dengan dokter hewan.
Kucing ras Siamese (sumber: pinterest.com)
Fun Facts!
Oh ya Pet Mates, ternyata pada kucing terdapat variasi dari kondisi albino ini loh! Salah satunya yaitu pada kucing ras Siamese. Kucing ras ini memiliki genetik yang sensitif terhadap suhu sehingga pigmen melanin hanya terdapat pada tempat yang dingin dan membuat daerah tersebut berwarna lebih gelap. Daerah yang dimaskud antara lain pada muka, telapak kaki dan ekor [3].
Referensi:
[1] Creel DJ. 2015. Visual and Auditory Anomalies Associated with Albinism. Salt Lake City (UT): University of Utah Health Sciences Center
[2] Imes DL, Geary LA, Grahn RA, Lyons LA. 2006. Albinism in the domestic cat (Felis catus) is associated with a tyrosinase (TYR) mutation. Animal Genetic. 37(2):175-178.
[3] Lyons LA, Imes DL, Rah HC, Grahn RA. 2005. Tyrosinase mutations associated with siamese and burmese patterns in the domestic cat (Felis catus). Animal Genetics. 36:119-126.
[4] Marçon CR, Maia M. 2019. Albinism: epidemiology, genetics, cutaneous characterization, psychosocial factors. Anais Brasileiros De Dermatologia. 94(5):503-520.
0 Comments