Apakah Urin Kucing Saya Normal?

Fauziah Azzahara D


Kucing memiliki sistem kemih yang tersusun dari ginjal, ureter, kantong kemih, dan uretra. Ginjal merupakan organ yang bertugas memproduksi urin, urin yang diproduksi di ginjal dibawa ke kantong kemih melalui ureter dan dari kantong kemih dibawa ke luar tubuh oleh uretra. 

Urin adalah zat sisa metabolisme tubuh yang didapat dari penyaringan darah di dalam ginjal. Faktanya urin dapat membantu mengetahui kondisi kesehatan kucing mu (Reppas and Foster, 2016). Bagaimana caranya mari simak penjelasan di bawah ini!

Bobvilla.com


1. Warna urin
Urin kucing normal memiliki  warna kuning muda atau kuning pucat. Warna normal ini terutama disebabkan oleh adanya pigmen urokrom dan urobilin yang keduanya merupakan produk sampingan dari proses metabolisme normal di dalam tubuh kucing. 

Perubahan warna urin dapat dipengaruhi oleh adanya kelainan atau gangguan yang terjadi di dalam tubuh, selain itu pemberian obat dan makanan tertentu juga dapat menyebabkan perubahan warna urin pada kucing (Reppas and Foster, 2016). Pada tabel berikut menunjukkan perubahan warna urin dan kemungkinan penyebabnya.


Tabel 1.1 Warna-warna urin dan kemungkinan penyebabnya (Yadav et al., 2020)

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai warna urin kamu dapat membaca artikel berikut (warna urin kucing tidak normal kenapa ya ?).

2. Bau urin
Sebagai zat akhir metabolisme urin mengandung beberapa zat kimia seperti keton, alkohol, dan sulfida, yang sering menyebabkan bau tertentu. Urin normal memiliki bau amonia yang samar tergantung pada jumlah urin itu sendiri (Yadav et al.,2020). 

Bau urin dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin, obat-obatan, diet, adanya bakteri, peradangan, dan kondisi medis tertentu misalnya pada diabetes melitus (Rizzy et al., 2017). Beberapa bau urin yang tidak normal dapat menunjukkan adanya gangguan tertentu sebagai berikut :

  • Bau amonia - Bau amonia ini berbeda dengan bau amonia pada urin normal, pada urin normal bau amonia akan tercium samar sedangkan pada kondisi abnormal bau amonia urin akan tercium lebih pekat hal ini disebabkan oleh bakteri penghasil urease. 
  • Bau busuk - Pembusukan protein dalam urin dapat menyebabkan urin ikut berbau busuk (Chew et al., 2011).
  • Bau hidrogen sulfida - Akibat infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri spesies Proteus sp.
  • Bau aseton - Dapat menunjukkan jika hewan tersebut mengalami ketoasidosis merupakan kondisi di mana kadar keton tinggi di dalam tubuh bisa diakibatkan karena komplikasi diabetes melitus (Yadav et al., 2020).
Uniquepetcare

3. Frekuensi Buang Air Kecil
Sebagai pemilik hewan tidak ada salah nya dalam memperhatikan frekuensi buang air kecil kucing mu, terjadinya peningkatan atau penurunan frekuensi buang air kecil dapat menunjukkan adanya sesuatu yang tidak normal. 

Seperti saat terjadi penurunan frekuensi buang air kecil dapat disebabkan oleh penyumbatan saluran kemih atau gangguan kesehatan lainnya, sedangkan peningkatan frekuensi buang air kecil dapat berhubungan dengan infeksi kantong kemih, diabetes melitus (Ward, 2019) dan gangguan ginjal akut (Thoronton et al., 2017).

4. Penampilan urin
Urin yang normal biasanya memiliki penampilan yang jernih, untuk mengamati penampilan urin kucing mu, kamu dapat memasukkannya dalam wadah transparan dan melihat dengan pencahayaan yang cukup. Urin yang keruh cenderung diakibatkan ada nya sel darah putih, sel darah merah, parasit, bakteri, kristal, jamur, sperma, atau pun lendir (Chew et al., 2011).

Animalpath.org

Kucing biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan hingga penyakit yang mereka derita sudah parah, memantau urin kucing dapat menjadi suatu cara dalam mengidentifikasi gangguan kesehatan kucing lebih awal. Menemukan kondisi abnormalitas urin dapat menjadi pertanda kamu harus segera membawa kucing mu ke dokter hewan sehingga gangguan kesehatan yang mungkin terjadi dapat ditangani lebih cepat sebelum terlambat (Shermaine,2019). 

Perlu digaris bawahi abnormalitas urin tidak mutlak sebagai penanda terjadinya suatu penyakit pada kucing oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter hewan.


REFERENSI 

Chew, D. J., DiBartola, S. P., Schenck, P. (2010). Canine and Feline Nephrology and Urology. Britania Raya (UK) : Elsevier Health Sciences.

Reppas, G., & Foster, S. F. (2016). Practical urinalysis in the cat. Journal of Feline Medicine and Surgery, 18(3), 190–202.

Rizzi, T. E., Cowell, R. L., Bowles, M., DeNicola, D. B., Tyler, R., Valenciano, A. C. (2017). Atlas of Canine and Feline urinalysis. Jerman: Wiley.

Shermaine, C. (2019). The ultimate guide to your cat’s pee. Nekoya. https://nekoya.co/ultimate-guide-cat-pee/ 

Thornton, C. (2017). Supporting quality of life in feline patients with chronic kidney disease. The Veterinary Nurse, 8(4), 200-206.

Yadav, S. N., Ahmed, N., Nath, A. J., Mahanta, D., & Kalita, M. K. (2020). urinalysis in dog and cat: A review. Veterinary World, 13(10), 2133–2141

Ward, E. (2019). Is my cat’s urin normal?. Pet health network. https://www.pethealthnetwork.com/cat-health/cat-checkups-preventive-care/cat-pee-101-my-cats-urin-normal#








 

Post a Comment

0 Comments