Penulis: Oriza Aleyda
Salah satu masalah kesehatan yang berefek pada rambut dan kulit kucing adalah alergi. Alergi pada kucing dapat menyebabkan gatal-gatal, kerontokan rambut, dan iritasi kulit. Namun sebenarnya apa itu alergi pada kulit dan apa yang menyebabkan terjadinya alergi pada kucing, ya?
(sumber: dutch.com)
Manifestasi alergi terhadap berbagai alergen pada kucing bermacam-macam, dapat berbentuk dermatitis, pruritus, enteritis, atau asma (Halliwell et al. 2021). Namun, pada topik kali ini mari membahas reaksi alergi yang dapat diamati pada kulit atau rambut!
Pet Mates mungkin sudah cukup familiar dengan adanya alergi makanan pada kucing, namun kucing juga bisa mengalami alergi yang disebabkan oleh lingkungan dan parasit seperti pinjal atau gigitan nyamuk. Reaksi terhadap ketiga tipe alergen berikut dapat diamati dengan melihat perubahan pada kulit atau rambut dan perilaku kucing Anda (Halliwell et al. 2021).
Secara umum, alergi pada kucing dapat disebut sebagai feline atopic syndrome (FAS). Alergi ini mencakup alergi makanan, lingkungan, feline asthma, dan flea allergy dermatitis (FADD) atau alergi terhadap pinjal (Gunawan et al 2023). Berikut adalah beberapa jenis alergi pada kucing.
- Feline atopic skin syndrome (FASS) dapat berbentuk inflamasi atau pruritus (gatal-gatal) yang dapat terjadi jika kucing alergi terhadap lingkungan, seperti debu, jamur, atau rumput. Pada reaksi alergi yang disebabkan oleh makanan dan pinjal, manifestasi alergi kadang serupa atau dapat muncul dengan FASS, sehingga perlu dilakukan penilaian lebih lanjut pada kucing Anda jika ingin mengetahui alergen yang memengaruhi kesehatan kulit dan rambut kucing Anda. Namun pada FASS, spektrum reaksi klinis pada kulit lebih spesifik, yaitu miliary dermatitis, pruritus pada kepala dan leher, eosinophilic granuloma complex, dan alopesia karena over grooming atau kebotakan yang disebabkan oleh kucing itu sendiri (Halliwell et al. 2021; Gunawan et al. 2023).
Pruritus pada kepala dan leher kucing berusia 2 tahun
(Bajwa 2018) - Reaksi yang disebabkan oleh alergi makanan pada kucing meliputi reaksi yang ditunjukan FASS, yaitu inflamasi atau pruritus, namun tidak terbatas pada FASS, alergi makanan secara umum merujuk pada reaksi imunologi terhadap makanan yang dikonsumsi (Halliwell et al. 2021). Selain manifestasi alergi pada kulit dan rambut, alergi makanan juga dapat berdampak pada saluran pencernaan, seperti muntah atau diare.
- Parasit seperti pinjal dapat berkontribusi terhadap alergi pada kucing Anda, biasa disebut dengan flea allergy dermatitis (FAD). FAD merupakan salah satu alergi yang umum ditemukan, terutama di Indonesia sebagai negara tropis yang cocok dengan pertumbuhan pinjal. Pada tubuh kucing yang mengalami FAD, hewan merasakan pruritus pada kulit, alopesia di beberapa bagian tubuh yang simetris atau disebabkan ketika kucing over grooming atau menggaruk serta menjilat berlebihan bagian tubuh yang gatal, serta miliary dermatitis dan perlukaan di beberapa bagian tubuh kucing, termasuk kepala (Ashwini et al. 2023).
Lesi pada kulit kucing yang menderita FAD(Briand et al. 2019)
Walaupun manifestasi alergi yang ditunjukan berbeda, jenis alergi yang dialami oleh kucing Anda tidak mudah untuk dibedakan karena manifestasi satu alergi dengan alergi lainnya kadang terlihat serupa. Kucing juga bisa alergi terhadap satu atau lebih jenis alergen sehingga tidak mudah untuk memilah penyebab terjadinya alergi pada kucing Anda. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hobi et al. (2011), distribusi lesi pada tubuh kucing yang menderita alergi dapat diamati seperti pada ilustrasi berikut.
(Hobi et al. 2011)
Dapat diamati bahwa pruritus yang disebabkan oleh alergi lingkungan dan makanan dimanifestasikan di area tubuh yang serupa, sehingga diperlukan uji coba makanan atau diet trial. Hal ini dapat dilakukan menggunakan makanan hypoallergenic untuk mengetahui jika kucing Anda mengidap alergi terhadap makanan atau lingkungan (Tait 2021).
Bajwa J. 2018. Atopic dermatitis in cats. The Canadian Veterinary Journal. 59(3): 311-313.
Briand A, Cochet-Faivre N, Prélaud P, Armstrong R, Hubinois C. 2019. Open field study on the efficacy of fluralaner topical solution for long-term control of flea bite allergy dermatitis in client owned cats in Ile-de-France region. BMC Veterinary Research. 15: 337.
Gunawan M, Putra AH, Widyaputri T. 2023. Feline atopic skin syndrome: an introduction to recently proposed terminology and how to work up the case. Acta Veterinaria Indonesiana. 11(1): 79-86.
Halliwell R, Pucheu-Haston CM, Olivry T, Prost C, Jackson H, Banovic F, Nuttall T, Santoro D, Bizikova P, Mueller RS. 2021. Feline allergic diseases: introduction and proposed nomenclature. Veterinary Dermatology. 32(1): 8-e2.
Hobi S, et al. 2011. Clinical characteristics and causes of pruritus in cats: a multicentre study on feline hypersensitivity-associated dermatoses. Vet Dermatol. 22: 406-413.
Tait J. 2021. Pruritic cats — from a technician’s point of view. The Canadian Veterinary Journal. 62(5): 523-526.
0 Comments