Penulis : Cinta Sabrina Pratiwi
(Sumber: https://cattitudedaily.com/wp-content/uploads/2020/10/bigstock-Burmese-Cat-6953437.jpg)
Kucing adalah salah satu hewan yang popular di kalangan masyarakat, bentuk fisik yang lucu dan tingkah yang menggemaskan merupakan salah satu alasan yang membuat banyak orang menyukai hewan peliharaan yang satu ini. Namun, berbagai penyakit dapat menyerang tubuh kucing termasuk organ dalam tubuh kucing, seperti organ ginjal. Kucing memiliki dua ginjal, satu di setiap sisi perut dan keduanya memainkan peran penting dalam menyaring limbah dari tubuh. Selain itu, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan, mineral dan elektrolit tubuh. Mereka menghemat air dan protein dan memainkan peran penting dalam menjaga tekanan darah dan produksi sel darah merah dengan membuat hormon yang disebut eritropoietin.
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu kondisi di mana kinerja ginjal secara bertahap menurun dan tubuh tidak mampu menjaga keseimbangan antara metabolisme dan cairan dan elektrolit (Suhardjono, 2011). CKD merupakan penurunan atau hilangnya kemampuan ginjal dalam mengeliminasi produk-produk tidak terpakai, mengonsentrasikan urin dan konservasi elektrolit. Pada umumnya kejadian CKD telah berlangsung dalam jangka waktu lebih dari tiga bulan. Produk-produk yang tidak terpakai tersebut bersifat toksik dan terakumulasi dalam aliran darah sehingga terjadi uremia dan azotemia. Akumulasi tersebut akan termanifestasi pada gejala klinis yang muncul setelah 75% ginjal mengalami kerusakan (Polzin, 2011). Prevalensi kucing di atas 10 tahun yang mengalami CKD sekitar 10%, dan kucing di atas 15 tahun sekitar 30% (Bartlett et al., 2010). Ras juga merupakan faktor predisposisi dari CKD. Beberapa ras kucing yang memiliki kecenderungan mengalami CKD yaitu Maine Coon, Abyssinian, Siam, Russian Blue, dan Burma (Chandler et al., 2017).
Penyebab Chronic Kidney Disease
Penyebab CKD sulit untuk diidentifikasi mengingat stadium penyakitnya. Kerusakan dapat terjadi di setiap bagian nefron, termasuk glomerulus, tubulus, jaringan stroma, atau pembuluh darah, dan dapat mengakibatkan kerusakan permanen dan hilangnya fungsi nefron (O`Neill et al., 2013). Kerusakan nefron pada akhirnya akan terjadi, tergantung perjalanan penyakit dan penyebabnya (Kimmel dan Rosenberg, 2014). Adapun menurut Yanuartono et al. 2017 penyebab umum CKD pada kucing yaitu pielonefritis, glomerulonefritis, nefrolitiasis, dan urolitiasis. Predisposisi CKD pada anjing dan kucing adalah umur, ras, pola makan, dan periodontitis.
Gejala Klinis Chronic Kidney Disease
(Sumber: https://www.vetsupply.com.au/blog/wp-content/uploads/2022/08/banner_progression_1185x350.png)
Gejala klinis CKD terbagi dalam empat stadium, yaitu stadium 1 (stadium paling ringan) hingga stadium 4 yang menjadi stadium paling parah atau stadium akhir, dan telah diadopsi oleh International Society of Feline Medicine (ISFM) dan lembaga veteriner global lainnya (Cannon, 2016). Seringkali tidak ada tanda klinis yang dapat diidentifikasi pada CKD stadium 1. Saat penyakit berkembang menjadi stadium 2, poliuria dan polidipsia mulai berkembang tetapi seringkali tidak dikenali pada kucing yang sering berkeliaran ke luar rumah.
Perubahan lainnya yang muncul yaitu kualitas bulu yang tidak bagus, beraktivitas lebih sedikit dan nafsu makan kecil sering dikaitkan dengan “usia tua” oleh pemilik dan karena itu tidak dilaporkan. Setelah azotemia berlanjut, tanda-tanda klinis menjadi lebih jelas, termasuk poliuria, polidipsia, anemia, dehidrasi, penurunan berat badan, nafsu makan yang buruk, halitosis dan kadang-kadang muntah. Temuan fisik meliputi kondisi tubuh yang buruk, kehilangan otot dan kualitas bulu yang buruk dan dehidrasi, perubahan ukuran dan bentuk ginjal pada palpasi dan selaput lendir pucat. Jika hipertensi berkembang sebagai komplikasi dari CKD kemungkinan ada perubahan pada mata, neurologis dan/atau kardiovaskular (Cannon, 2016).
(Sumber: https://healthykidneysforcats.com.au/wp-content/uploads/2017/02/Number-of-nephrons.png)
Pengobatan Chronic Kidney Disease
Pengobatan penyakit CKD sebagian besar ditangani dengan bantuan obat-obatan, diet, dan hidrasi sesuai dengan gejala klinis dan tingkat CKD itu sendiri. Berdasarkan penyebabnya, terapi tambahan dapat dilakukan, seperti antibiotik jika ada infeksi, obat cacing untuk parasit, obat jenis imunosupresif untuk penyakit autoimun, antitrombotik (untuk mencegah pembentukan bekuan darah), kemoterapi dan/atau pembedahan (jika kanker adalah penyebab utamanya), jika ditemukan adanya obstruksi saluran kemih, menghilangkan obstruksi tersebut merupakan pengobatan pilihan.
Sepanjang hidup kucing, segala proses penyakit atau penyakit yang dapat memengaruhi hidrasi harus segera diobati dengan cairan infus. Obat-obatan yang diresepkan untuk proses penyakit lainnya perlu disesuaikan atau diganti dengan alternatif yang lebih ramah ginjal, mengingat metabolisme ginjal akan menurun. Jika tidak, overdosis atau penyakit ginjal yang semakin memburuk bisa terjadi. Selain itu, untuk semua tahap penyakit ginjal, air bersih harus selalu tersedia dan nutrisi yang cukup harus diberikan setiap hari.
Nutrisi Untuk Kucing Penderita Chronic Kidney Disease
Makanan terapeutik yang diformulasikan khusus yang mengandung sejumlah kecil fosfor dan protein yang mudah dicerna, serta peningkatan asam lemak omega-3 dari minyak ikan telah terbukti meningkatkan kualitas dan umur panjang kucing penderita CKD dibandingkan dengan memberi makanan hewan peliharaan pada umumnya. Nafsu makan kucing Anda mungkin bervariasi dari waktu ke waktu ketika mereka menderita CKD dan menawarkan berbagai bentuk, ukuran, dan tekstur yang sesuai direkomendasikan dokter hewan. Hal terpenting yang dapat Anda lakukan adalah melakukan perubahan pada makanan baru secara bertahap karena beberapa kucing memerlukan beberapa minggu atau lebih untuk terbiasa dengan makanan baru. Salah satu produk makanan kucing yang dikhususkan untuk kucing mengidap penyakit ginjal adalah Royal Canin Renal Support, namun produk ini digunakan atas rekomendasi dan dibawah pengawasan dokter hewan professional.
(Sumber : https://www.royalcanin.com/id/cats/products/vet-products/renal-special-3949)
Serta selalu lakukan pengecekan kesehatan secara rutin kucing kamu di dokter hewan, Pet Mates! Agar dapat mengetahui secara dini ataupun dapat mencegah penyakit CKD ini!
Referensi :
Bartlett, P. C., Van Buren, J.W., Bartlett, A. D. dan Chu, Z. (2010). Research Article Case Control Study of Risk Factors Associated with Feline and Canine Chronic Kidney Disease. Veterinary Medicine International, 1 – 9.
Cannon, M. (2016). Diagnosis and investigation of chronic kidney disease in cats. In Practice, 38(3): 2-9.
Chandler, M. L., Elwood. C., Murphy, K. F., Gajanayake, I. dan Syme, H. M. (2017). Juvenile nephropathy in 37 boxer dogs. J Small Anim Pract, 48(12): 690-694.
Kimmel, P. L. dan Rosenberg, M. E. (2014). Chronic Renal Disease. Academic Press: San Diego.
O’Neill, D. G., Elliott, J., Church, D. B., McGreevy, P. D., Thomson, P. C. dan Brodbelt, D. C. (2013). Chronic kidney disease in dogs in uk veterinary practices: prevalence, risk factors, and survival. J Vet Intern Med, 27(4): 814–821.
Polzin, D. J. (2011). Chronic kidney disease in small animals. Veterinary clinics of north
America. Small Animal Practice, 41:15-30
Suhardjono. (2011). Gagal Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi ketiga. FK UI: Jakarta.
Yanuartono, Nururrozi, A. dan Indarjulianto, S. (2017). Penyakit ginjal kronis pada anjing dan kucing: manajemen terapi dan diet. Jurnal Sain Veteriner, 35(1): 16-34.
0 Comments